Perawatan Pasien Covid-19 Mahal dan Jadi Beban, Masyarakat Jangan Bandel! - newsmetrontb

Friday, May 8, 2020

Perawatan Pasien Covid-19 Mahal dan Jadi Beban, Masyarakat Jangan Bandel!

Direktur Rumah Sakit Awet Muda (RSAM), dr. AAN Putra Suryanatha


Giri Menang, 8 Mei 2020. Hal itu terungkap saat pelepasan 12 orang pasien sembuh yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 di Lombok Barat, Jumat (8/5). Dua (2) orang pasien yang sembuh dirawat di RSUD Tripat Gerung, dan 10 lainnya di RS Awet Muda (RSAM) Narmada. 
Direktur Rumah Sakit Awet Muda (RSAM), dr. AAN Putra Suryanatha mengatakan pasien yang sembuh dan dipulangkan tidak dibebankan biaya, namum ditanggung pemerintah.
"Kita sementara ini melakukan swab dan hasilnya dikirim ke rumah sakit provinsi dan Bhayangkara, " katanya ditemui sesaat sebelum acara pemulangan pasien covid 19 yang dinyatakan sembuh. Biaya ini, sebut dr Aan adalah mahal, seolah senada dengan apa yang disampaikan Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid sebelumnya (6/5) bahwa Lombok Barat bisa bangkrut bila terlalu banyak orang yang positif Covid-19. 
"Sekitar dua juta empat ratus rupiah (Rp 2.400.000) sekali pemeriksaan," jelas dr Aan. Bukan hanya itu, harga Alat Pelinding Diri (APD) pun, kata dr Aan,  sangat mahal. Harganya berkisar Rp 800 ribu/unit yang hanya sekali pakai. 
Lebih lengkap dinyatakan dr Aan, pasien yang dinyatakan sembuh telah minimal dua kali pemeriksaan swab dengan hasil negatif. Masing masing orang bervariasi, ada yang setelah lima kali mengikuti swab dari saat diagnosanya. Dalam hal ini, dr Aan menegaskan berapa biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan sekian kali pemeriksaan seperti itu. Dikatakan, kondisi itulah yang seharusnya menyadarkan masyarakat untuk patuh dengan himbauan pemerintah dan mereka yang terkena patuh pada protap penanganan Covid-19. 
"Tapi ada juga pasien yang tidak patuh. Yang namanya pasien covid ini rata rata yang kita rawat masuk dalam kategori ringan sedang. Mereka merasa seperti tidak sakit," jelasnya.. 
Pihak RSAM, aku dr Aan, menghadapi pasien yang tidak mengikuti prosedur dan memaksakan diri ingin keluar dari rumah sakit, maka yang dilakukan adalah upaya pendekatan melalui tokoh agama dan tokoh masyarakat asal pasien, mereka didatangkan untuk menenangkan pasien. Akhirnya pasien bisa menerima dan lolos sampai mereka sembuh dan hari ini dipulangkan.
Media ini mencoba mewawancarai perawat, tapi rata-rata tidak berkenan karena alasan kekhawatiran, bahkan walaupun hanya dengan menyebut inisial. “Saya tinggal di BTN Pak, saya takut dijauhi teman-teman saya,” ujar seorang perawat perempuan tampak keberatan diwawancara. 
Beruntungnya, setelah sepakat hanya menyebut inisial, seorang perawat Covid-19 RSAM berinisial Tn I, pria, berhasil diwawancai. Dikatakan Tn I, dari awal merawat pasien positif Covid-19 sudah ada kekhawatiran karena sempat diberitakan ada cap negatif terhadap petugas kesehatan terutama perawat. 
“Tapi akhirnya dijalani juga karena ini kan tugas kita,” curhat Tn I tampak murung. Diceritakannya, salah satu yang paling tidak nyaman dalam merawat pasien Covid-19 adalah saat memakai alat pelindung diri (APD) level 3. Rasanya seperti di dalam oven ditambah dengan masker N-95 keringat diperas dan sesak.  Demikian juga dengan sejumah pasien yang awalnya tidak mau nurut misalnya tidak mau minum obat karena merasa sehat membuat para perawat agak kewalahan pada awalnya. 
“Karena sebagian besar kan mereka stabil kondisinya. Tapi dengan perawatan terus oleh dokter dan perawat mereka akhirnya nurut semua,” kata Tn I bersyukur. 
Di antara 10 pasien yang dipulangkan, pasien terlama diisolasi 1 bulan 2 hari sedang yang tercepat  hanya sekitar 2 minggu. Salah satu alasan lama karena sempat terkendala reagen yang habis sehingga evaluasinya tertunda. Para pasien tersebut selama masa isolasi diberikan multivitamin, antibiotik, dan motivasi mereka untuk sembuh yaitu support agar mereka menaati prosedur.
Keluarganya di rumah pun, ujar Tn I, sempat khawatir. Mereka cukup tenang dan mau menerima setelah dijelaskan protap yang harus diikuti sebelum ke ruang isolasi pasien Covid-19.
“Keluarga saya jelaskan protap-nya memakai APD lengkap, tetap cuci tangan, setelah keluar dari sini mandi dulu baru pulang. Sampai rumah cuci tangan dan ke kamar mandi bersih-bersih dulu baru menemui anak istri,” ungkap Tn I.
Harapan terbesar Tn I adalah agar wabah ini segera berakhir. Dan mereka para perawat selalu berharap agar tidak ada lagi penambahan pasien yang positif Covid-19 sehingga bisa bertugas normal seperti biasa. Hal itu dijelaskan Tn I karena dia dan rekan-rekan perawatnya yang lain tidak bisa tidak ada kekhawatiran setiap ada pertambahan pasien. Selain itu, Tn I dan perawat-perawat yang lain juga berharap agar insentif segera cair sebagai motivasi bekerja di tengah penanganan pandemik dunia Covid-19. 
“Harapan kami insentif segera cair, dan harapan dari teman-teman memang itu juga begitu,” harap Tn I.
Sementara itu, salah satu pasien, Abd (46), mewakili pasien-pasien sembuh lainnya mengucapkan terimakasih kepada semua tim medis dan seluruh jajaran Rumah Sakit Awet Muda (RSAM) Narmada serta Pemerintah Kabupaten Lombok Barat atas perawatan yang diberikan sejak terdiagnosis terjangkit Covid-19. 
“Sekali lagi kami ucapkan terima kasih banyak kepada dokter dan para perawat di sini, kami mungkin tidak bisa membalas kebaikan Anda semua, tapi semoga Allah yang membalas nantinya,” harapnya. Abd juga menyarankan jika ada masyarakat yang merasa pernah kontak dengan pasien Covid-19, atau terasa ada gejala, segera periksakan diri ke dokter atau puskesmas terdekat lalu berikan keterangan secara jujur dan ikuti anjuran tenaga medis dengan disiplin.
Ungkapan kekecewaan disampaikan Kepala Desa Duman, Kec.Lingsar,  Suhardi yang menjemput salah satu warganya mengingat tidak boleh dijemput keluarga. Suhardi mengatakan pasien yang sembuh yang berasal dari desanya akan diterima oleh masyarakat dengan catatan bisa menjaga diri. “Yang terpenting sekarang ini untuk yang baru pulang atau sembuh ini pandai-pandi menjaga sikap,” ujar Suhardi. Hal itu dikatakannya karena ada dari pasien yang dipulangkan tersebut yang menganggap positif Covid-19 nya sebagai  penyakit fitnah.
“Dikirain mereka diisolasi di tempat ini itu difitnah dan ini ada yang menyampaikan termasuk warga masyarakat saya,” ujarnya menyesalkan.
Ditegaskan Suhardi, dia menjalankan tugas untuk keselamatan warganya dan bukan main-main.
“Sekali lagi kami menjalankan tugas, meninggalkan anak istri demi mereka, mereka enak sekali menyampaikan wah ini penyakit fitnah, terus terang saya tidak suka,” ujar Suhardi berharap masyarakat jangan bandel.
Pasien yang dipulangkan ke desanya, jelas Suhardi, akan melakukan isolasi mandiri dengan tetap mendapat pengawasan dari pihak desa sesuai protokol penanganan Covid-19. “Kalau tidak menjalankan aturan terpaksa kami juga bisa bertindak sesuai aturan demi keselamatan kita bersama,” tegasnya. Dikatakan, dari Desa Duman yang positif Covid-19 sebanyak dua orang suami istri tetapi istrinya pulang karena sudah sembuh sedang suaminya masih dirawat. “Mudah-mudahan tidak ada yang terjangkit lagi di desa kami,” harapnya.
dr Karisma Yusa, salah seorang dokter yang merawat pasien Covid-19 di RSUD Tripat mengatakan, meski sudah dikatakan sembuh, pasien harus tetap menjalankan protokol kesehatan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah. 
“Berusaha tidak kontak dengan orang lain dulu karena resiko masih ada,” ujar dr Karisma.
Sebelum dipulangkan, semua pasien diberikan surat keterangan sembuh.  Untuk 10 pasien RSAM, penyerahan surat dilakukan oleh direktur RSAM, dr Aan. Selain menyampaikan untuk isolasi mandiri dulu selama 14 hari, dr. Aan juga sempat berpesan kepada para pasien yang dilepas untuk tetap jaga kesehatan, karena dengan tubuh yang sehat atau fit, tubuh akan sulit diserang virus.
Adapun rincian inisial pasien yang berhasil sembuh tersebut (nama, umur, asal, dan no press release) yaitu (1) ARS (50) Narmada, 40; (2) SM (33) Lingsar, 39;  (3) R (31) Lingsar, 112; (4) RPL (54) Gunungsari, 113; (5) Haan (58) Narmada, 115; (6) Tn N (40) Lingsar, 118; (7) Tn A (42) Sekotong, 119;  (8) Tn F (39) Gunungsari, 177; (9) Abd (46) Gunungsari, 176; dan LI (41) Gunungsari, 175; (11) M (44) Labuapi, 116; dan (12) S (60) Labuapi, 120. Dua pasien terakhir dirawat di RSUD Tripat, sedang sisanya di RSAM.(LNG04)

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments